Senin, 26 Maret 2012

Peranan ulama terhadap Hadis Syarif

 Muqaddimah
Bahagian pertama

 الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين . أما بعد .
Segala puji dan syukur kepada Allah s.w.t yang telah menjadikan Al-Qur`an dan Hadis sebagai sumber yang agung didalam syari`at islamiyah, sebagai pedoman dan ajarn bagi orang yang beriman, selawat beriringkan salam kepada baginda Muhammad s.a.w yang telah diberikan wahyu dan tidak pernah berbicara menurut hawa nafsu, menjadi petunjuk diri dan qalbu agar senantiasa beribadah kepada Allah Yang Maha Tahu.


Tulisan yang ringkas ini memaparkan kepada pembaca betapa besarnya peran para ulama dalam menjaga dan menebarkan hadis Rasulullah s.a.w yang dianggap sebagai warisan turun temurun yang perlu di jaga dan dilestarikan, pengorbanan para ilmuan islam dari zaman ke zaman merupakan satu keikhlasan dan perjuangan yang perlu dihargai, sampainya hadis-hadis Rasul kepada kita merupakan hasil dari perjuangan mereka untuk menyelamatkan hadis-hadis terebut dari penukaran, pemalsuan, dan kelenyapannya.

Tujuan penulisan ini adalah agar kita bersama beruaha untuk menjaga dan melestarikan hadis-hadis Rasulullah s.a.w dengan cara mengadakan majlis pembacaaan hadis, mengamalkan dan menghidupkannya didalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya sebagai pedoman dan petunjuk untuk menghadapi berbagai warna-warna kehidupan.

Semoga tulisan yang singkat ini dapat memberikan semangat kepada para pembaca agar menghidupkan kembali minhaj para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu dan menebarkannya ketengah gelanggang masyarakat islam. Pada akhirnya penulis memohon segala kritikkan agar tulisan ini menjadi lengakap dan jauh dari kekhilapan dan kesalahan, kepada Allah penulis mohon ampun atas segala kesalahan dan kekhilafan yang terjadi dengan kesengajaan atau tidak sengaja. Walhamdulillahi Rabbil `Alamin.

Zaqaziq 23 Maret 2012

Muhammad Husni Ginting
Hadis Syarif merupakan unsur hukum islam yang kedua setelah al-Qur`an, karena merupakan sumber yanag amat penting membuat kalangan ulama begitu perhatian terhadap hadis untuk menjaga dan menyebarkannya hadis Nabi di kalangan umat, perhatian khusus ini membuat hadis menjadi sesuatu yang yang tetap terjaga dari tangan-tangan jahil yang ingin merusak dan menghancurkan kedudukan hadis. 

Sebelum penulis menjelaskan betapa besarnya peran ulama dalam menjaga dan mengembangkan hadis sehingga menjadi satu disiflin ilmu yang berdiri sendiri, ada baiknya penulis mengemukakan defenisi hadis dikalangan para ulama hadis. 

Hadis menurut bahasa : Lawan sesuatu yang lama. 

Hadis Menurut istilah : Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi s.a.w baik perkataan, perbuatan, ikrar atau sifat sehingga termasuk gerakkan dan diam pada waktu terjaga dan tidur. 

I - Peranan ulama dalam ilmu hadis Riwayah . 

Diantara peranan ulama yang cukup besar dalam menyebarkan dan menjaga hadis Rasulullah s.a.w adalah menebarkan ilmu hadis riwayah.

 Ilmu hadis riwayah adalah : Ilmu yang di ketahui dengannya perkataan, perbuatan, keadaan Rasulullah s.a.w . serta riwayat, keterangan, dan penjelasan lafaznya.

 Ilmu hadis riwayah lebih dikenal lagi dengan ilmu periwayatan hadis, ilmu periwayatan hadis ini telah berkembang dari zaman Rasulullah sampai zaman kita sekarang ini, hal ini berkat para ulama dan sarjana islam yang memiliki begitu besar perhatian terhadap hadis Rasulullah s.a.w. 

A - Peranan Para sahabat dalam mengembangkan hadis Rasul. 

Setelah wafatnya Rasulullah s.a.w, dakwah islamiyah terus dilanjutkan oleh para sahabat, mereka menyampaikan ajaran-ajaran Allah dan Rasulnya ke seluruh pelosok bumi yang telah di taklukkan, bukan saja mereka menyampaikan firman-firman Allah s.w.t., tetapi mereka juga menyampaikan sabda-sabda Rasul s.a.w yang telah mereka dengar langsung dari Rasul s.a.w atau mendengarnya dari sebahagian sahabat yang mendengar langsung dari Rasul s.a.w. Kedekatan mereka terhadap Rasulullah s.a.w membuat mereka lebih mengetahui bagaiman sifat dan gerak gerik Rasulullah yang agung, makhluk yang amat sempurna, sehingga mereka hidup didalam cahaya sunnah didalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Masjid Nabawi merupakan pusat pendidikkan islam yang pertama sekali di kota Madinah, pada masa sahabat majlis hadis masih terus diriwayatkan di Masjid Nabi s.a.w, para pemuka sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali merupakan periwayat ulung yang menyampaikan hadis Rasulullah s.a.w, walaupun riwayat mereka tidak sebanyak riwayat Abu Hurairah, tetapi mereka memiliki posisi yang cukup tinggi dan memiliki kelebihan dari seluruh sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. 

Diantara sahabat yang banyak meriwayatkan hadis kepada umat islam atau lebih dikenal dengan al-Muktsirun Fi Riwayah ( sahabat yang meriwayatkan hadis lebih dari 1000 hadis ) : 

- Abu Hurairah yang telah meriwayatkan sebanyak 5374 hadis. 
- Abdullah bin Umar yang telah meriwayatkan sebanyak 2630 hadis. 
- Anas bin Malik yang telah meriwayatkan sebanyak 2286 hadis. 
- `Aisyah binti Abi Bakar yang telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis.
- Abdullah bin `Abbas yang telah meriwayatkan sebanyak 1660 hadis .
- Jabir bin Abdullah yang telah meriwayatkan sebanyak 1540 hadis .
- Abu Sa`id al-Khudri yang telah meriwayatkan sebanyak 1170 hadis .

Kemudian terdapat sahabat yang meriwayatkan hadis sejumlah ratusan hadis seperti :

- Abdullah bin Mas`ud meriwayatkan 848 hadis.
- Abdullah bin `Amr bin `Ash meriwayatkan 700 hadis.
- Umar bin Khatab meriwayatkan 537 hadis . 
- Ali bin Abi Thalib meriwayatkan 536 hadis . 
- Ummul Mukminin Sayyidah Ummu Salamah meriwayatkan 378 hadis. 
- Abu Musa Al-Asy`ari meriwayatkan 360 hadis.
- Barra` bin `Aazin meriwayatkan 305 hadis.

 B- Peranan para Tabi`in dalam menyampaikan hadis. 

Setelah masa para sahabat berakhir dengan wafatnya Abu Thufail maka bermulalah masa para Tabi`in yang meneruskan majlis riwayat hadis Rasulullah s.a.w, pada masa tabi`in majlis hadis berkembang dengan pesatnya di kota-kota islam seperti Madinah, Makkah,Kufah, Bashrah, Damsyiq, Fusthath dan lain-lainnya, para penuntut ilmu pun semangkin bertambah, pada masa ini pembesar ahli hadis yang aktif untuk menyampaikan hadis Nabi pun bertambah banyak. 

Depenisi Tabi`in : Orang yang bertemu dengan sahabat Rasulullah.

Defenisi ini yang telah dipillih dan di rajihkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dan muridnya As-Sakhawi sebagaiamana yang telah di muatkan oleh As-Sakhawi didalam kitabnya Fathul Mughits Bi Syarhi Alfiyah Al-Hadits. 

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Makkah

`Atha` bin Abi Rabaah, Thawus bin Kaisan, Mujahid bin Jubei, `Ubaid bin Umair Al-Laitsi, `Amr bin Dinar,Abdullah bin Abi Mulaikah, `Amr bin Syu`aib, Muhammad bin Abdillah bin `Amr bin `Ash, Abdullah bin Saabith, Ukrimah MAula Abdullah bin Abbas, Abu Zubeir, Abdullah bin Khalid, Abdullah bin Thawus dan lain-lainnya.

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Madinah. 

Sa`id bin Musayyib, Urwah bin Zubeir, Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar As-Siddiiq, `Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas`ud, Kharijah bin Zaid bin Tsabit, Aban bin Utsman bin Affan. Muhammad al-Hanafiyah bin Ali bin Abi Thalib, Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, Salib bin Abdillah bin Umar bin Khattab, Nafi` Maula Abdullah bin Umar, dan lain-lain.

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di kota Bashrah. Hasan Al-Bashri, Jabir bin Zaid, Muhammad Bin Sirin, Yahya bin Ya`mar, Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy`ari, Zararah bin Aufa, Muslim bin Yasar, Ziyad Al-Adwi, `Ala` bin Ziyad Al-Adwi, Abdul Malik bin YA`la al-Qadhi, dan lain-lain. 

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di kota Kufah. 

`Alqamah bin Qais bin Yazid, Al-Aswad bin Yazid Aln-Nakha`i, Abdurrahman bin Yazid, Abu Maisarah, Masruq bin Al-Ajda` Al-Hamdani, Abdullah bin `Utbah bin Mas`ud, Abdurrahman bin Abi Ya`la, Abu `Ubaidah bin Abdillah bin Mas`ud, Abdurrahman bin Abdillah bin Mas`ud, dan lain-lainnya.

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Syam.

Abu Idris Al-Khaulani, Abdullah bin Abi Zakaria Al-Khaza`i, Sulaiman bin Habib Al-Muharibi, Al-Harits bin UmairAd-Dahmani, Khalid bin Ma`danAbdurrahman bin Ghanim Al-Asy`ari, Ummu Darda`, Jubeir bin Nafir . 

Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Mesir. 

Yazib bin Abi Habib, Bukair bin Abdillah Al-Asyaj dan lain-lain.

 C - Peranan Tabi` Tabi`in dalam menyampaikan hadis. 

Risalah Rasulullah tidak berhenti pada generasi Tabi`in saja, bahkan diteruskan oleh para Tabi` Tabi`in, bahkan pada zaman ini ilmu hadis sudah menjadi lebih sempurna dengan di bukukannya riwayat hadis-hadis Rasululllah atas suruhan Khalifatullah Umar bin Abdul `Azizi, hal ini membuat gerakkan penulisan maju pesat, umat islam bukan hanya dapat mendengar hadis dari seorang Muhaddis, tetapi dapat juga membaca hadis di hadapan seorang ahli hadis, hal ini sangat memudahkan sarjana-sarjana islam yang ingin menghapal dan membaca hadis Rasulullah s.a.w.

Para Tabi` tabi`in merupakan generasi setelah Tabi`in dan mengambil ilmu dan hadis dari mereka, pada masa ini mata rantai sanad masih tergolong singkat sehingga mudah untuk dihapal, majlis – majlis periwayatan hadis masih tetap di gelar di berbagai kota islam, tentu saja pada masa ini keinginan umat islam semangkin bertambah untuk mempelajari hadis Rasullah s.a.w, pada masa ini juga dianggap masa kegemilangan ilmu hadis di berbagai pelosok negeri islam. 

Tabi` Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Makkah Mukarramah .

Abdul Malik bin Abdil Aziz bin Juraij, Sufyan bin Uyainah, dan lain-lainnya. 

Tabi` Tabi`in yang meriwayatkan hadis di Madinah Munawwarah . 

Abu Bakar bin Muhammad bin `Amr bin Hazm, Muhammad bin Abi Bakar bin Muhammad, Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammmad, Abdullah bin `Amr bin Usman, Muhammad bin Abddillah bin `Amr bin Usman, Abdullah bin Muhammad Ibnu Hanafiyah, Al-Hasan bin Muhammad Ibnu Hanafiyah, Abdurrahman bin Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar, Abdullah bin Al-Hasan bin Ali bin Husein bin Ali bi Abi Thalib, Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, Yahya bin Sa`id bin Qais Al-Ansori, Muhammad bin Muslim bin Syihabuddin Az-Zuhri, Usman bin Urwah bin Zubeir, Malik bin Anas. 

Tabi` tabi`in yang meriwayatkan hadis di kota Bashrah. 

Ayyub As-Sikhtiyani, Abdullah bin `Auf, Asy`ats bin Abdil Malik Al-Himrani, Hafsh bin Sulaiman, Khalid bin `Imran, Yunus bin `Ubaid, Iyas bin Mu`awiyyah Al-Qadhi, Thalhah bin Iyas Al-Qadhi, Usman bin Sulaiman Al-Laitsi, `Auf bin Abi Jamilah .

Tabi` tabi`in yang meriwayatkan hadis di kota Kufah.

Ibrahim An-Nakha`i, `Aamir As-Sya`bi, Sa`id bin Jubeir, Al-Qasim bin Abdurrahman bin Abdillah bin Mas`ud, Abu Bakar bin Abi Musa Al-Asy`ari, Muharib bin Datsar,Al-Hakam bin `Utaibah. 

Tabi` tabi`in yang meriwayatkan hadis di negeri Syam. 

Abdurrahman bin Jubair bin Nafir, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Raja` bin Haywah.

Tabi` tabi`in yang meriwayatkan hadis di negeri Mesir .

`Amr bin Al-Harits Al-Ansori, Laits bin Sa`ad, Ubaidillah bin Ja`far .

Peranan Ulama terhadap hadis Syarif dari abad ke II hijryah sampai kepada Abad ke VI Hijriyah.

Pada zaman ini telah bermunculan ulama-ulama hadis yang tangguh dan hebat, mereka meneruskan pengajian hadis di berbagai kota besar islam, munculnya Imam Syafi`i yang digelar dengan “ Nasirus Sunnah “, Imam Ahmad pengarang kitab Musnad, Imam Bukhari pengarang pertama sekali kumpulan hadis-hadis yang sohih, Imam Muslim yang mengikuti jejak Imam Bukhari, Imam Abi Daud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa`i, Imam Ibnu Majah, Imam Darimi, Imam Daruquthni, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban, Imam Baihaqi, Imam Ibnu Jarud, Imam Thabrani, Imam Abu Nu`aim Al-Isbahani, Imam Khatib Al-Baghdadi, Imam Ibnu Abdil Barr, Imam Qadhi `Iyadh, Imam Ibnu Asakir.

Pada masa Imam Ibnu Asakir berakhirlah periwayatan hadis dengan sanad yang di teliti kesohihannya, selanjutnya setelah zaman ini kegunaan sanad hanya sebagai mencari keberkatan dan menghidupkan mata rantai sanad saja, sebab kebanyakkan hadis sudah tertulis dan dibukukan.

Majlis pembacaan kitab Sohih Bukhari .

 Majlis pembacaan Sohih Bukhari telah berjalan dari mulai dibukukannya Sohih Bukhari, sehingga majlis ini tidak dapat kita sebutkan satu persatu, tetapi penulis ingin menyebutkan sebahagian dari majlis-majlis yang telah dibaca padanya Sohih Bukhari .

 A – Majlis pembacaan Sohih Bukhari oleh ulama Azhar Syarif . 

Ketika Al-Hafizh Muhammad Murthadha Az-Zabidi ( Wafat 1205 ) telah bermukim di Mesir maka diadakanlah majlis pembacaan Sohih Bukhari dan kitab-kitab hadis lainnya, majlis ini dihadiri oleh ramai kalangan ulama dan pelajar. 

Diantara Majlsi yang dihadiri oleh banyak peminat adalah pembacaan Sohih Bukhari oleh Syeikh Yusuf Ad-Dijwi Al-Azhari ( wafat 1365 H ), sebagaimana yang telah di nukilkan oleh Syeikh Abdul Wasi` Al-Wasi`i didalam kitabnya Ad-Darul Farid Al-Jami` Li Mutafariqati Al-Asanid, dan beliau ( Abdul Wasi`-red ) turut hadir dalam majlis tersebut. 

Kemudian majlis Syeikh Abu Hurairah Daud Al-Qal`i yang dihadiri juga oleh Syeikh Islam dan Syeikh Al-Azhar Syarif Hasan Al-Quwesani ( wafat 1254 H), kemudian kemudian majilis tersebut diteruskan oleh Syeikh Hasan Al-Quwesani turut hadir pada majlis tersebut Syeikh Azhar Musthafa Al-`Arusi ( Wafat 1293 H ), kemudian Syeikh Musthafa Al-`Arusi menerukan majlis pembacaan Sohih Bukhari yang dihadiri lebih dari dua ratus ulama Azhar.

Diantara Majlis yang dihadiri oleh banyak peminat adalah pembacaan Sohih Bukhari oleh Syeikh Yusuf Ad-Dijwi Al-Azhari ( wafat 1365 H ), sebagaimana yang telah di nukilkan oleh Syeikh Abdul Wasi` Al-Wasi`I didalam kitabnya Ad-Darul Farid Al-Jami` Li Mutafariqati Al-Asanid, dan beliau ( Abdul Wasi`-red ) turut hadir dalam majlis tersebut.

Kemudian Majlis di terukan oleh Muhaddis Abdullah Siddiq Al-Ghumari yang di hadiri oleh Mufti Mesir Syeikh Ali Jum`ah Al-Azhari, majlis pembacaan Sohih Bukari ini tidak berhenti begitu saja bahkan di teruskan oleh Syaikhuna Ali Jum`ah yang dihadiri oleh pembesar ulama dan para pelajar , sehingga majlis tersebut dapat juga mengkhatamkan Sohih Muslim, Sunan Adu Daud, Sunan Tirmidzi, dan sebahagian dari Sunan Nasa`i.

Kitab Sohih Bukhari di Nusantara. 

Sohih Bukari telah lama di kenal di negeri Arab, dan telah lam pula dibaca di majlis-majlis hadis, tetapi kitab Sohih Bukhari telah sampai ke Nusantara pada abad ketujuh hijriyah sebagaimana yang di nukilkan oleh Muhaddis Syeikh Yasin Al-Fadani didalam kitabnya “Ittihafu Al-Bararah Bil Asanidi Al-Hadisiyyah Al-Asy`rah, Dibawa oleh wali Allah Syarif Hidayatullah bin Ahmad Syah bin Abdullah Khan yang pulang dari Makkah dan kembali ke pulau Jawa pada tahun 671 H, sementara Sohih Bukhari sampai pertama kali ke pulau Sumatra pada tahun 891 H, dibawa oleh Sultan Mansur bin Kiyai Qading nenek moyang sultan-sultan Palembang. 

Kitab Sohih Bukhari masih di pelajari di beberapa tempat di Indonesia tetapi majlis ini tidak semakmur di Makkah, Madinah, Mesir dan India. 

Di Makkah majlis pembacaan Sohih Bukhari sangat ramai, dari mulai zaman dahulu sampai pada zaman sekarang masih terdapat majlis pembacaan, seperti di Madrasah Solatiyah, sementara di India terdapat Universitas Darul Ulum Deoband dan madrasah Mazhahirul Ulum yang terus membaca kutus Sunnah diantaranya Sohih Bukhari.

II - Peranan ulama dalam ilmu hadis Dirayah.

Ilmu Hadis Riwayat adalah :Satu disiflin ilmu yang diketahu dengannya keadaan periwayat dan diriwayatkan dari segi diterima tau di tolak riwayat tersebut. 

A – Peranan ulama dalam penulisan ilmu Dirayah . 

Ilmu Dirayah atau yang lebih dikenal dengan ilmu musthalah hadis sudah lama di bukukan, orang yang pertama sekali membukukannya menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar adalah Qadhi Abu Muhammad Ramahurmuzi dengan judul “ Al-Muhaddis Al-Fashil”, akan tetapi kitab ini tidak mencakup segala materi musthalah hadis.

Kemudian diteruskan oleh Imam Hakim Abu Abdillah An-Naisaburi, tetapi kitab ini tidak tersusun rapi dalam menyebutkan materi-materi Ilmu musthalah hadis, setelah itu diteruskan oleh Imam Abu Nu`aim Al-Ashbahani, selanjutnya Imam Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi telah mengarang kitabnya “ Al-Kifayah Fi Ilmi Riwayah “ dan “ Al-Jami` Li Akhlaqi Ar-Rawi Wa Adabi As-Sami` “, kitab ini merupakan sumber dasar bagi para penuntu ilmu.

Kemudian Qadhi Iyadh juga memiliki kitab khusus didalam musthalah hadis yang di beri judul “ Al-Ilma` “, kitab-kitab yang penulis sebutkan merupakan kitab-kitab Musthalah hadis yang belum tersusun bagus menurut bab-babnya, sampai ketika Imam Ibnu Solah menuliskan kitabnya yang berjudul “ Ulumul Hadis” atau lebih terkenal dengan “Muqaddima Ibnu Solah”, kitab ini disusun dengan baik dan rapih, dan susananya sangat cocok dan sesuai. 

Kitab Ibnu Solah ini mendapat perhatian yang cukup besar dikalangan para ulama, ada yang meringkaskannya seperti Imam Nawawi meringkaskannya didalam kitab “ Irsyadu Thalab Al-Haqa`iq” dan “ At-Taqrib “, kemudian kitab A-Taqrib di Syarahkan oleh Imam Sayuti dengan kitabnya “ Tadribu Ar-Rawi “. Ada pula diantara ulama yang membuatnya menjadi susunan sya`ir agar mudah dihafal, diantaranya “Alfiyah Al-Hadis” karangan Imam Zainuddin Abdurrahim Al-Iraqi, kemudian kitab ini disyarahkan oleh beliau sendiri dengan judul “ Fathul Mughits” setelah itu Imam Zakaria Al-Ansori mensyarahkan juga Alfiyah Iraqi dengan judul “Fathul Baqi Bi Syarhi Alfiyah Al-Iraqi “, kemudian Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdirrahman As-Sakhawi mensyarahkan Alfiyah Al-Iraqi dengan penjelasan yang panjang dan luas didalam kitabnya “ Fathul Mughits Bi Syarhi Alfiyah Al-Hadis Lil-Iraqi “. 

Kemudian Imam Sayuti juga menyusun sya`ir ilmu hadis dari susunan kitab Musthalah hadis Ibnu Solah dan Alfiyah Iraqi dengan judul “ Manzhumah Ilmi Atsar “ Alfiyah ini telah di Syarahkan oleh ulama besar Indonesia Al-Muhaddis Muhammad Mahfuzh At-Tarmisi Al-Jawi didalam kitabnya “ Manhaj Dzawi An-Nazhor “, masih banyak lagi kitab-kitab ulum hadis yang tidak dapat kami sebutkan karena kesempitan ruang dan waktu. 

A - Peranan ulama dalam menjaga kemurnian hadis Syarif. 

Setelah terbunuhnya Sayyidina Usman dan Sayyidina Ali maka timbullah berbagai macam bid`ah dikalangan umat islam, sebahagian mereka memasukkan hadis-hadis palsu untuk mengkuatkan argumentasi mereka terhadap lawan dan musuh, ini lah yang membuat para ulama ketika itu berhati-hati didalam mengambil hadis dari para periwayat, jika perawinya tidak tergolong ahli bid`ah yang dholalah dan tidak suka memasukkan hadis-hadis palsu maka hadisnya diterima oleh para ulama, dengan begitu para ulama telah mejadikan beberapa metode didalam menerima Hadis Rasulullah s.a.w. 

1 - Menjaga kemurnian lewat sanad. 

Defenisi Sanad : Jalur yang menghubungkan ke teks hadis . 

Sanad merupakan salah satu untuk mengetahui apakah hadis itu dapat diterima atau tidak, penelitian sanad sudah ada pada zaman para Tabi`in, sebab mereka sangat berhati-hati dalam memerima hadis setelah menebarnya ahli bid`ah dan orang-orang yang suka memalsukan hadis.

Imam Abdullah bin Mubarak berkata :

 الإسناد من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء 

Artinya : Sanad itu bahagian dari agama, jikalau tidak karena Sanad niscaya berkata seseorang menurut kehendaknya sendiri .

 Sebab itu para ulama telah membuat satu ilmu khusus yang membincangkan kretaria para perawi didalam kitab Jarh Wa Ta`dil yang dapat kita rujuk ke dalam kitab:

1 – Tahdzibul Kamal karya Imam Al-Hafizh Al-Mizzi. 
2 – Tadzhibul Tahdzib karya Al-Hafizh Az-Dzahabi.
3 – Mizan Al-I`tidal karya Al-Hafizh Az-Dzahabi. 
4 – Tahdzibu At-Tahdzib karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.
5 – Taqribu At-Tahdzib karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani. 
6 – Lisanu Al-Mizan karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Makalah ini telah di bentangkan pada tanggal 24 Maret 2012 di Dpd Ppmi Tafahna Al-Asyrof.

1 komentar: