Rabu, 04 Agustus 2010

Ayat -ayat dan Hadis Mutasyabihat dalam pandangan al-Hafizh Qurtubi


Nama beliau adalah al-Hafizh Abu Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim bin Umar al-Ansori al-Andalusia al-Qurtubi al-Maliki al-Asy`ari.

al-Hafiz Ibnu Katsir berkata : Beliau adalah Ahmad bin Umar bin Ibrahim bin Umar Abu Abbas al-Ansori al-Qurtubi al-Maliki, Seorang yang fakar didalam ilmu fiqih dan seorang Muhaddis yang mengajar di Iskandariyah, beliau di lahirkan di kota Qurtubah ( Cordova - Spanyol ) pada tahun 578 hijriyah, dan banyak sekali mendengarkan hadis-hadis Rasul di Qurtubah, beliau mengarang kitab Mukhtasor Sohih Bukhari dan Muslim, serta mensyarahkan Sohih Muslim yang di beri nama al-Mufhim, didalamnya terdapat banyak hal-hal yang bermanfaat dan bagus ( Bidayah wa al-Hidayah :13/ 197 ).




Diantara muridnya yang sangat terkenal adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Ansori al-Khazraji al-Andalusi al-Qurtubi seorang ahli tafsir dengan tafsirnya "al-Jami` Li Ahkami al-Qur`an " yang sangat terkenal di penjuru dunia. Untuk membedakan diantara mereka berdua biasa ulama mengatakan al-Hafizh al-Qurtubi berarti pengarang al-Mufhim, sementara al-Mufassir al-Qurtubi adalah pengarang kitab al-Jami` Li Ahkami al-Qur`an.

Diantara karangan al-Hafiz al-Qurtubi adalah " al-Mufhim Lima Usykila Min Talkhish Kitab Muslim " kitab yang sangat bagus dan sangat bermanfa`at terhadap pelajar ilmu agama, kitab ini adalah salah satu kitab terbaik didalam pensyarajan kitab sohih Muslim, sebab itulah para ulama menjadikannya bahan rujukkan dan pegangan, seperti Imam al-Hafizh Ibnu Hajar telah menukilkannya didalam kitab beliau " Fathu al-Baari "sebanyak lebih kurang tiga ratus nukilan, demikian juga Imam az-Zawawi telah menukilkannya didalam kitab beliau Ikmalu al-Akmal, seperti itu juga al-Hafizh Imam an-Nawawi didalam Syarahnya Sohih Muslim.


Aqidah al-Hafizh Qurtubi

Adapun aqidah Imam al-Hafizh Abu Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim bin Umar al-Ansori al-Andalusia al-Qurtubi adalah aqidah Asy`ariyah sebagaimana para ulama-ulama yang bermazhabkan Malikiyah seluruhnya bermazhabkan Asy`ariyyah, ini sangat jelas sekali jika kita lihat dari sudut Syarahannya didalam kitab al-Mufhim, bahkan beliau merupakan benteng besar dari mazhab Asya`iriyyah yang menyucikan Allah s.w.t. dari segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut dan membasmi mazhab Musyabihat yang terdiri dari pengikut mazhab Hanabilah.

Mazhab Asy`ariyyah merupakan mazhab Ahlussunnah Wa al-Jama`ah sebagaimana yang di sebutkan oleh al-Hafizh Muhammad al-Murtadha az-Zabidi didalam kitabnya " Ithaf Sadatu al-Muttaqin ".

Imam al-Hafizh Abu Abbas Ahmad bin Umar al-Qurtubi meninggal dunia pada tahun 656 hijriyah.


Diantara Syarahanya yang menolak Pemahaman Tasybih

1 - Ketika menjelaskan tafsir ayat :

لله ما في السماوات وما في الأرض

Artinya : Allahlah yang memiliki apa saja yang di langit dan di bumi.

Beliau berkata : ما Pada ayat pangkal ayat ini bermakna الذي ( yang ) yang dianya mencakup setiap orang yang berakal maupun yang tidak berakal, disini bermakna umum, tidak ada yang mengkhususkannya, karena setiap apa saja yang ada di langit, di bumi dan apa saja yang ada diantaranyaadalah makhluk Allah dan milik Allah, dan ini sesuai dengan mazhab ahli hak dan ulama-ulama peneliti yang mengangap mustahil Allah itu berada di langit atau di bumi, sebab jikalau Allah berada di suatu tempat niscaya Allah akan di batasi dan di kekang, Jikalau demikian berarti Allah itu mesti baharu, berdasarkan Qaedah ini maka firman Allah s.w.t :


أأمنتم من في السماء


Katakanlah kepada budak sahaya perempuan itu , ketika Nabi berkata padanya : أين الله , maka dia jawab di langit, dan beliau ( Nabi ) tidak mengingkari perkatanya, berkata sebahagian ulama salaf , bahwasanya mereka ( ulama salaf ) menyebutkan demikian tanpa meng`itikadkan makna zohirnya, bahkan mereka takwilkan dengan takwilan yang benar dan sohih, telah menyebutkan oleh ahli ilmu didalam kitab-kitab mereka, akan tetapi ulama salaf menjauhkan takwil dari ayat-ayat mutasyabihat, dan tidak memutuskan maknanya, sebab mereka mengetahui mustahil bagi Allah memiliki sifat-sifat baharu dan apa yang melazimi seluruh makhluk. ( al-Mufhim : 1 / 230 ).

2 - Ketika menerangkan makna العلي


Beliau berkata : Yang memiliki ketinggian, bermakna ketinggian secara maknawiyah saja bukan menunjukkan tempat. (al-Mufhim : 1 / 286 ).

3 - Ketika menjelaskan kaliamat : تعرج الملائكة والروح إليه

Artinya : Dan naiklah Malaikat dan Ruh kepadanya ( Allah ).

Beliau berkata : Maksudnya adalah maqam-maqam mereka di hadapan Allah , sesungguhnya kami menyatakan takwilan ini agar jangan menyangka orang bodoh bahwasanya Allah s.w.t berada di tempat atas, maka yang demikian itu membawa makna tajsim ( menjisimkan Allah ), cukuplah dalil yang kuat atas menolak bahwa Allah itu memiliki arah ( tempat ) firman Allah swt :
وهو معكم أين ما كنتم
Artinya : Dianya ( Allah ) berserta kamu dimanapun kamu berada. Dan ayat-ayat serupa ini ( al-Mufhim : 1 / 291 ).

Dan masih banyak lagi contoh-contoh dari keterangan beliau tentang sucinya Allah dari apa saja yang tidak sesuai dan layak , kami padakan samapi disini saja, insyallah akan kami sebutkan lagi contoh-contoh yang berikitnya .


Rujukan :

1- Bidayah wa an-Nihayah karangan al-Hafizh Ibnu Katsir, terbtan Dar al-Manar Cairo.

2 - al-Mufhim Lima Usykila Min Talkhishi Kitab Muslim " Karangan al-Hafizh Abi al-Abbas Ahmad bin Umar al-Qurtubi, cetakkan al-Maktabah at-Taufiqiyyah,Cairo.



1 komentar:

nugon mengatakan...

Bagaimana pendapat Ustadz utk link berikut:

http://alponti.multiply.com/journal/item/73/Pengakuan_Al-Qurthubi_bahwa_Ulama_Salaf_Berpendapat_Allah_di_ATAS


dan juga link berikut:
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/07/dimanakah-allah-ini-jawaban-al-imaam.html

ane butuh pencerahan, karena ane dan pihak lain pernah menyampaikan pendapat, namun dibantah keras yg di blog Abul Jauzaa. argumen Abul Jauzaa kuat, dan ane awam serta ummiy, tidak punya bekal memadai utk adu pendapat dgn nya.

Wassalam,


Nugon