Minggu, 19 September 2010

Sohihnya Hadis Tawasul dalam Pandangan al-Muhaddis Abdullah al-Ghumari


al-Muhaddis al-Mufid Syeikh Abdullah bin Muhammad Shiddiq al-Ghumari tidak asing lagi di telinga kita, beliau seorang ulama hadis yang terkemuka di kalangan ulama-ulama dunia islam, bahkan al-Muhaddis Syeikh Abdul Fatah Abu Ghuddah dan Syeikh Muhammad `Awamah menggelar beliau sebagai al-Hafizh.





Kali ini saya akan menukilkan hasil karangan Syeikh Abdullah al-Ghumari dalam masalah Tawasul, tulisan ini memuat penentangan beliau terhadap argumentasi Syeikh Nasiruddin al-Bani dan muridnya Hamdi as-Salafi yang mendho`ifkan hadis tawasul dengan cara penipuan dan pembohongan terhadap para pembaca.


Berkata Syeikh Abdullah al-Ghumari : Sesungguhnya Syeikh al-Bani seorang yang memiliki tujuan dan mengikuti hawa nafsu, apabila melihat hadis dan atsar yang tidak sesuai menurut selera dan hawa nafsunya maka dia berusaha untuk mendho`ifkannya dengan cara penipuan dan pembohongan agar para pembacanya mengira beliau yang benar padahal beliau tersalah bahkan beliau sudah membuat kesalahan dan menipu, dengan caranya ini banyak orang yang menjadi sesat terlebih-lebih dari golongan pengikutnya yang terlalu mempercayainya, dan mereka mengira bahwa ia ( al-Bani ) yang benar,tetapi kenyataannya tidak seperi itu.

Sebahagian dari orang yang tertipu adalah seseorang yang bernama Hamdi as-Salafi yang telah mentahkik kitab al-Mu`jam al-Kabir, beliau telah berani mendo`ifkan atsar yang sohih yang tidak sesuai dengan keinginannya, sebaagimana tidak sesuai juga dengan keinginan gurunya ( al-Bani), ungkapannya didalam mendho`ifkan atsar tersebut adalah sama sekali dengan ungkapan Syeikhnya, aku ( Syeikh Abdullah al-Ghumari ) ingin mengembalikan yang benar kepada tempatnya dengan menerangkan kebatilan dan kesalahan sipenipu dan yang kena tipu, kepada Allah saya berpegang teguh, dan kepadanya pula saya menyerahkan dan menyandarkan diri.


Thabrani telah meriwayatkan didalam al-Mu`jam al-Kabir ( 9 / 17 ) dari riwayat Ibnu Wahab, dari Syabib, dari Rauh bin al-Qasim, dari Abu Ja`far al-Khathami al-Madani, dari Abu Umamah nim Sahl bin Hanif, dari pamannya Usman bin Hanif beliau berkata : Seorang laki-laki selalu mendatangi Usman bin Affan untuk memenuhi keperluannya, sementara Usman tidak pernah menoleh kepadanya dan tidak memperhatikan keperluannya, maka beliau berjumpa dengan Usman bin Hanif mengadukan apa yang terjadi kepadanya, berkatalah Usman bin Hanif kepadanya : Pergilah kamu ketempat wudhu` dan berwudhu`lah, kemudian pergilah ke masjid, shalatlah dua raka`at, kemudian hendaklah kau berdo`a :

اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد صلي الله عليه وسلم نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلي ربي لتقضي لي حاجتي

kemudian sebutlah hajat keperluanmu, setelah itu datanglah kamu kepadaku, agar saya pergi besertamu, maka pulanglah lelaki tersebut dan melaksanakan apa yang telah ia ( Usman bin Hanif ) sebutkan kepadanya, kemudian beliau datang ke rumah Usman bin Affan,datanglah penjaga pintu membawanya kedalam menemui Usman, dan dipersilahkan duduk besertanya di atas permadani.

berkata Usman : Apakah keperluanmu ? maka lelaki tersebut menyebutkan seluruh keperluannya, sehingga seluruh keperluannya di selesaikan, kemudian beliau berkata : Kamu tidak menyebutkan keperluanmu sehingga sampai saat ini, kemudian dia berkata lagi : Apabila engkau memiliki keperluan hendaklah kamu datangi kami.
Kemudian lelaki tersebut keluar dari rumahnya Usman dan berjumpa dengan Usman bin Hanif, beliau berkata : " Semoga Allah membalasmu dengan kebaikkan, tidaklah pernah beliau ( Usman bin Affan ) menoleh kepada saya dan tidak pernah melihat keperluan saya sehingga engkau sampaikan tentang saya kepadanya". Berkata Usman bin Hanif : " Demi Allah aku tidak menceritakan hal kamu kepadanya , akan tetapi aku telah menyaksikan Rasulullah s.a.w. telah didatangi seorang laki-laki yang buta, beliau mengadu kepada Nabi tentang pengelihatannya yang telah hilang, bersabda Rasulullah s.a.w. : " Adakah kamu hendak bersabar ? ". Berkata ia : Ya Rasulullah saya tidak memiliki sesorang yang memimpin saya dalam berjalan, dan saya merasa sangat kesusahan". berkata Rasulullah s.a.w. : Pergilah kamu ketempat wudhu` dan berwudhu`lah, kemudian hendaklah kamu shalat dua raka`at dan hendaklah berdo`a dengan ini do`a". Berkata Usman bin Hanif : Demi Allah belum lagi kami bersuai dan tidak lama dari cerita tersebut sehingga masuklah laki-laki tersebut kepada kami seolah-olah beliau tidak pernah buta.

Cerita ini telah di sohihkan oleh Imam Thabrani.


Hamdi as-Salafi telah mengkritiknya dengan ungkapan : " Tidak di ragukan lagi tentang kesohihan hadis marfu` ( yang menceritakan hal ini ), tetapi yang diragukan pada cerita ini adalah apabila kisah ini dijadikan dalil tawasul yang bid`ah, kisah ini hanya Syabib saja yang meriwayatkanya sebagaimana yang telah disebutkan oleh at-Tabrani, sementara Syabib tidak mengapa mengamalkan hadisnya dengan dua syarat :

1 - Mesti dari riwayat anaknya Ahmad dan Ahmad meriwayatkan dari ayahnya Syabib.

2 - Syabib mesti meriwayatkan dari riwayat Yunus bin Yazid.

Sementara hadis tersebut diriwayatkannya dari Syabib bin Wahab ( Ibnu Wahab ) dan kedua anak Syabib yaitu Ismail dan Ahmad.

Ulama-ulama yang tsiqah ( terpercaya lagi dhabith ) telah mengkeritik riwayat Ibnu Wahab dari Syabib, dan didalam riwayat Syabib dari anaknya Ismail yang mana Ismail tidak di kenal ( majhul ), sementara Ahmad walaupun dia meriwayatkan cerita ini dari ayahnya tetapi tidak dari riwayat Yunus bin Yazid, kemudian terdapat perbedaan riwayat yang telah dibawa oleh Ahmad , telah diriwayatkan oleh Ibnu Sunni didalam kitabnya " `Amalu al-Yaum Wa Lailah " dan Hakim dari tiga jalan riwayat tanpa menyebutkan kisah tersebut, dan diriwayatkan juga oleh al-Hakim dari jalan riwayat `Aun bin `Imarah al-Basri dari Rauh bin al-Qasim.

Berkata Hamdi as-Salafi : berkata Syeikh kami Muhammad Nasaruddin al-Bani : `Aun ini walaupun dia dho`if tetapi riwayatnya lebih bagus daripada riwayat Syabib, karena sesuai dengan riwayat Syu`bah, dan Hamad bin Salamah dari riwayat Abu Ja`far al-Khathami al-Madani .(( sampai disini ungkapan Hamdi Salafi )).

Berkata al-Muhaddis Syeikh Abdullah Shiddiq al-Ghumari : Perkataan tersebut adalah penipuan dan penukaran dari yang sebenarnya, dan kami akan terangkan insyaallah sebagai berikut :

1 - Cerita ini telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi didalam kitabnya Dala`ilu an-Nubuwwah ( 6 / 166-168 ) dari jalan riwayat Ya`qub bin Sufyan, berkata dia : telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa`id, telah menceritakan kepada kami ayah kami ( Syabib bin Sa`id ) , dari Rauh bin al-Qasim, dari Abu Ja`far al-Khathami, dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif, dari pamannya Usman bin Hanif : " Bahwa seorang laki-laki selalu mendatangi Usman bin Affan r.a. ..............dan disebutlah sampai akhir cerita.

Ya`qub bin Sufyan beliau adalah al-Fisawi seorang yang al-hafizh dan imam yang tsiqah bahkan beliau diatas tsiqah.

Sanad cerita ini soheh.

Maka dengan itu cerita diatas sangat sohih sekali dan sepakat dalam mensohihkannya al-Hafizh al-Munziri didalam kitabnya at-Targhib wa at-Tarhib ( 1 / 474 -476 ), dan al-Hafizh al-Haitsami didalam kitabnya " Majma` az-Zawaid ( 2 / 279 ).

Sementara Ahmad bin Syabib tergolong dari rijal Bukhari, dan telah Bukhari masukkan sebahagian riwayatnya didalam "Kitab Sohih Bukhari " dan kitab al-Adabu al-Mufrad ".

Dan telah mentsiqahkannya Abu Hatim ar-Razi ( didalam kitabnya ak-Jarah Wa Ta`dil : 2 /54 - 55 ), beliau dan Abu Zur`ah juga menulis riwayat dari Ahmad bin Syabib.

Berkata Ibnu `Adi : Ulama Basrah telah mentsiqahkannya, dan `Ali bin al-Madini menulis riwayatnya.

Sementara ayahanya Syabib bin Sa`id at-Tamimi al-Habthi al-Basri Abu Sa`id tergolong rijal Bukhari juga ( Imam Bukhari memasukkan riwayatnya didalam kitab Sohih ), Imam Bukhari meriwayatkan dari pada hadis Syabib didalam kitab Sohih dan al-Adabu al-Mufrad.

Syabib juga telahdi tsiqahkan oleh Abu Zur`ah, Abu Hatim, Nasa`i, al-Dzuhli, ad-Darquthni, at-Tabrani didalam Mu`jam al-Ausoth.

Berkata Abu Hatim :"Syabib memiliki kitab Yunus bin Yazid, hadisnya bagus tidak mengapa dengan hadisnya" .( didalam kitabnya al-Jarh Wa Ta`dil : 4 / 359 ) .

Berkata Ibnu `Adi : " Syabib memiliki naskah kitab az-Zuhri dari riwayat Yunus, dari riwayat Zuhri hadis-hadis yang lurus ( sohih )".

Berkata Ibnu al-Madini : " Syabib seorang yang tsiqah beliau selalu bermusafir ke Mesir untuk berdagang, dan kitabnya adalah kitab yang sohih".( Tahdzib-at-Tahdzib : 4 /307 ).

Ini tentang pentautsiqkan kepribadian Syabib, tidak ada syarat sohih didalam riwayatnya mesti dari riwayat Yunus bin Yazid, bahkan telah menyatakan Ibnu al-Nadini bahwa kitabnya sohih, sementara Ibnu `Adi hanya mengkritik atas naskah kitab al-Zuhri yang ada pada Syabib saja, bukan bermaksud kepada seluruh riwayatnya, sebagaimana yang telah diperbuat oleh al-bani dengan cara penipuan dan pengkhiyanatan.

Berkata Imam al-Muhaddis Abdullah Siddiq al-Ghumari : " Untuk mengkuat yang demikian bahwa hadis orang yang buta tersebut telah di sohihkan oleh para al-Hafizh padahal hadis tersebut tidak diriwayatkan oleh Syabib dari Yunus dari az-Zuhri, akan tetapi beliau riwayatkan dari Rauh bin al-Qasim.

Ungkapan bahwa cerita ini dho`if karena terdapat padanya perbeda dari sisi tidak menyebutkan oleh sebahagian periwayat kisah (diatas) sebagaimana didalam kitab Ibnu Sunni dan al-Hakim ini adalah satu warna penipuan yang lainnya, karena sudah menjadi suatu hal yang maklum menurut ahli ilmu bahwa sebahagian periwayat meriwayatkan hadis dengan apa yang bersambung dengannya secara lengkap dan sempurna,dan sebahagiannya lagi meringkaskannya agar sesuai dengan keperluan, Imam Bukhari juga membuat seperti itu, banyak sekali beliau sebutkan hadis yang ringkas tetapi pada tempat yang lainnya disebutkan secara sempurna.


tunggu kelanjutannya ......insyaallah

Tidak ada komentar: