Rabu, 10 Februari 2010

Peran Pesantren Musthafawiyah dalam menebarkan ilmu Tasawuf

Ilmu Tasawuf sebenarnya telah lama bertapak di negara Indonesia, banyaknya ulama-ulama yang berdatangan dari Yaman dan Hijaz ke Nusantara untuk menyampaikan misi dakwah dengan metode Tasawuf, tidak mengherankan jika dakwa mereka diterima oleh kalangan masyarakat Nusantara sebab para pendakwah memiliki akhlak yang mulia, tercermin dari kepribadian mereka, keadaan ini membuat menyebar luasnya islam di bumi Nusantara dan berkembangnya masyarakat untuk mempelajari ilmu tasawuf.

Ilmu tasawuf juga sangat diperhatikan didaerah Mandailing Natal yang memiliki banyak ulama-ulama ternama, mereka berhasil mengembangkan tasawuf dimasyarakat sehingga terbentuklah akhlak yang mulia, budi pekerti yang baik ditengah masyarakat, ketika kita menoleh kesatu lembaga pendidikkan yang terkenal dan tersohor di Mandailing, sebuah tempat untuk mencetak insan-insan yang bertanggung jawab dan memiliki akhlak yang baik melalui penanaman nilai-nilai tasawuf yang telah dipupuk oleh sang pendiri pesantren itu, pesantren tersebut tidak lain adalah Musthafawiyah yang telah didirikan oleh Syeikh Musthafa Husein setelah pulangnya beliau dari Makkah Mukarramah, pesantren ini sudah begitu tua tetapi masih tetap kokoh berdiri menghadapi gelombang hidup, dari tahun 1912 Masehi pesantren ini telah mengembangkan kehidupan tasawuf yang telah dikutip dan dipelajari oleh sang pendiri di Makkah, ketika di Makkah beliau telah banyak mempelajari ilmu - ilmu agama diantaranya ilmu tasawuf, hasil ilmu beliau inilah yang ditanam di pesantren Musthafawiyah.


Begitu besar peranan pesantren Musthafawiya dalam menebarkan ilmu Tasawuf dikalangan murid-muridnya, sehingga cara kehidupan para sufi menjadi panutan di pondok pesantren ini, seperti para pelajar lelaki disebut dengan Foqir yang berasal dari kalimat Faqir yang berarti seorang yang Faqir, laqob ini digelar bagi orang - orang sufi, tidak hanya sebatas sebutan saja, bahkan didalam mata pelajaran terdapat pelajaran tasawuf bagi kelas lima sampai kelas tujuh, pada kelas lima telah tetapkan kitab Bidayah wal Hidayah sebagai mata pelajaran tasawuf, sementara pada tahun keenam dan ketujuh kitab Minhajul Abidin, kedua kitab ini adalah hasil karya Imam Ghazali seorang pemuka sufi yang ternama.

Tidak hanya itu, bahkan dipesantren ini juga diajarkan kitab Dala`ilul Khairat bagi tahun tujuhnya, Dala`ilul Khairat merupakan salah satu amalan yang banyak diamalkan oleh ulam sufi, kitab ini adalah himpunan salawat yang dilantunkan oleh kebanyakkan pengikut tariqah Syadzuliyah, tetapi juga diamalkan oleh para pelajar-pelajar Musthafawiyah, adapun tariqat yang dikembangkan oleh pendiri ialah tariqah Khalwatiyah.

Pesantren Musthafawiyah telah berhasil mengeluarkan ribuan santri yang berjiwa sufi menebarkan ajaran-ajaran tasawuf digelanggang masyarakat yang sangat memerlukan ilmu tasawuf, hal ini memperkuat posisi tasawuf di hadapan dunia, karena sebahagian orang menolak adanya ilmu tasawuf serta menganggap tasawuf adalah bid`ah, perjalanan pesantren Musthafawiyah yang penuh dengan berbagai macam halangan dan hambatan tetapi membuat Mustafawiyah tetap tegar dengan konsep lamanya dengan cara mempelajari ilmu tasawuf,inilah membuat ciri-ciri keistmewaan Musthafawiyah dengan pondok pesantren lainnya, amalan tasawuf begitu mengental didalam darah para tenaga pengajar dan para pelajar, tidak banyak didapati di Indonesia pesantren yang mengembangkan ilmu tasawuf, tetapi Muthafawiyah tampil beda dengan ajaran taswuf telah ditetapkan oleh pendiri pesantren.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

assalam ust..nama saya Aditia,saya kelahiran Medan Sumut,saya alumni IAIN Medan,saya boleh bertanya,apakah ada buku ataupun karangan yg pernah ditulis oleh pendiri Musthafawiyah?atau ada yg menuliskan ceramah2 beliau? dan kalau ada boleh saya tahu isinya berkenaan tentang apa...syukron wassalam