Minggu, 18 April 2010

Kuburan wali Allah mau di hancurkan



Heboh, Bentrok Berdarah antar Warga dan Satpol PP di Makam Mbah Priok

Bentrokan di areal makam Mbah Priok terjadi karena 2.000-an Satpol PP tidak bisa menahan diri dari serangan warga. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Pemprov DKI, Cucu Ahmad Kurnia dalam konferensi pers di Gedung Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (14/4/2010).

Saat konferensi pers, Cucu Ahmad mengungkapkan kronologi bentrok berdarah di Pemakaman Mbah Priok, yaitu:

Pukul 05.30 WIB
Satpol PP menggelar apel siaga di halaman Walikota Jakarta Utara. Apel dipimpin langsung oleh Wakil Walikota Jakut, Atma Sinjaya.

Pukul 06.00- 08.00 WIB
Petugas bergerak menggunakan puluhan truk dan dua kendaraan berat berjenis eksavator. Ketika baru saja tiba di lokasi, 400 orang pengikut Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al Idrus dan Habib Abdullah Sting, pengelola makam, langsung menyerang petugas.

Warga menyerang mulai dari bom molotov, petasan, sejata tajam, kayu dan batu. Ketika penyerangan itu, banyak petugas Satpol PP yang menjadi korban. Ada yang tangannya yang nyaris putus, ada yang perutnya robek sehingga usus berhamburan, dan lain sebagainya.

Akibat kejadian itu, petugas Satpol PP terpancing, dan akibatnya terjadi bentrokan antara petugas Satpol dan warga.

Satpol PP yang dikerahkan secara keseluruhan ada 2.000 orang, petugas dapat bantuan dari polisi sebanyak 640 anggota. Petugas Satpol PP merobohkan tembok sebelah kanan gapura makam Mbah Priok. Ratusan petugas satpol PP kemudian mulai masuk ke area makam sampai halaman masjid.

Satu orang remaja laki-laki meninggal dunia dalam tawuran antara petugas Satpol PP saat terjadi bentrokan dalam eksekusi pendopo yang berada di makam Habib Hasan bin Mumammad Al Hadad atau Mbah Priok.

Belum diketahui secara pasti indentitas korban tewas. Berdasarkan pantauan, Rabu 14 April 2010, remaja yang meninggal dunia itu diseret dari dalam areal makam dan diletakan dalam keadaan tewas di depan pendopo.

Sementara satu lelaki dewasa, yang mengenakan baju putih juga mengalami luka serius akibat terkena pukulan. Kedua korban sudah dilarikan ke Rumah Sakit Daerah Koja, Jakarta Utara.

Akibat bentrokan ini, sedikitnya 31 Satpol PP mengalami luka dan lima diantaranya mengalami luka serius dan harus menjalani operasi. Para korban umumnya mengalami luka akibat lemparan batu. Namun, ada juga korban yang terluka karena diduga akibat terkena senjata tajam.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto memastikan bangunan pendopo seluas 300 meter yang ada di samping makam Mbah Priok atau Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, Koja, Jakarta Utara, tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Padahal menurut Al Khatat, makam tersebut punya nilai sejarah yang mengajarkan kepada umat Islam mengenai metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Mbah Priok. Jadi, apapun alasannya, penggusuran makam Mbah Priok tak dapat dibenarkan.

Janganlah demi kepentingan bisnis para kapitalis, pemerintah memberangus sejarah umat Islam,” tegas Al Khattat.

Al Khattat mengaku dapat memahami kemarahan warga dan santri di sekitar makam Mbah Surip dalam menghadapi ratusan aparat yang brutal.

Sebab, mereka menganggap makam itu sebagai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah. Mereka juga menganggap Mbah Priok sebagai wali. Karenanya, ia menyesalkan tindakan Pemda DKI Jakarta menggusur makam Mbah Priok.

Sejarah Singkat tentang Makam Mbah Priok

Situs pemakaman Mbah Priok atau Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad adalah penyebar agama Islam di Jakarta Utara pada abad ke-18. Mbah Priok terkait erat dengan sejarah Jakarta, namanya menjadi asal mula daerah Tanjung Priok yang kita kenal sekarang. Tetapi atas nama kepentingan ekonomi makam itu akan dibongkar dan dipindah ke lokasi pemakaman yang lain, arti dan makna sejarah yang tersimpan telah diabaikan.

Areal makam itu berdiri di atas lahan milik PT Pelindo II sesuai dengan Sertifikat Hak Pengelolaan No 1/ Koja Utara seluas 1.452.270 m2. Namun ahli waris mengklaim lahan itu sebagai miliknya berdasarkan verklaring No 1268/RB pada 19 September 1934). Berbagai data dan informasi kuno atas areal itu telah diselesaikan dalam ranah hukum, ranah yang telah bisa diatur oleh pemerintah rezim reformasi untuk memenangkan perkaranya.

Terlepas dari sengketa yang menyelimutinya, apakah kepentingan ekonomi telah membutakan hati-nurani kita dengan mengabaikan makna kesejarahan penyebaran Islam di di Jakarta Utara. Walau bagaimanapun, hamba Allah yang terbaring diperistirahatannya pernah berjasa dalam penyebaran Agama Islam di wilayah Jakarta Utara sehingga julukannya diabdikan menjadi daerah yang kini dikenal sebagai Tanjung Priok.

Ternyata, para petinggi di pemerintahan DKI Jakarta cuma berteriak dan mengaku bahwa dirinya “anak Betawi”. Toh, makam guru dari guru dari guru ngajinye yang sekarang entah generasi ke berapa telah di injak-injak harkat dan martabatnya. Hanya untuk kepentingan dunia yang fana (yang katanya mahluk ekonomi) telah mengusik ketenangan dan ketenteraman beliau.

Haruskah situs bersejarah itu dikorbankan untuk kepentingan ekonomi? Mungkinkah bangsa ini (umat Islam khususnya) sudah lupa (tidak peduli) sejarah asal-muasal leluhurnya menjadi muslim. Apakah bangsa ini lupa sejarah? Entahlah..

[kompas.com, inilah.com, detik.com, liputan6.com, vivanews.com, kompasiana.com]


allangkati : tidak cukup manusia hidup di ganggu manusia matipun mau di ganggu, memang dasar manusia yang berhati singa, begitu jahat sehingga ingin menghancurkan makam waliyullah, ingat siapa saja yang ingin menghancurkan makam waliyullah maka dia akan menerima akibatnya, jelas - jelas siapa yang meninggal dalam mempertahankan makam mbah priok tidak mati sia-sia tetapi meninggal Syahid insyaallah.

Tidak ada komentar: