Minggu, 23 Mei 2010

Imam Bushairi dan Burdah

Makam Imam al-Bushairi di Iskandariyah


Ketika penulis masih belajar di pondok pesantren Musthafawiyah selalu mengikuti acara Syeikhuna al-Fadhil Ibrahim Zannun, disini saya mendengar lantunan yang indah dari butiaran qasidah yang memuji Rasulullah yang tercinta, kali pertama saya mendengar burdah dilantunkan, sayang di pondok kurang terdengar santri pelajar melantunkannya, kebanyakan mereka hanya tahu qasidah al-Barzanji saja, tapi alhamdulillah saya mendapatkan pelajaran baru bahwa Burdah adalah qasidah yang selalu di lantunkan di Makkah, Madinah dan Mesir, sehingga ada perasaan dan keinginan untuk menziarahi makam sang penyair handal, setelah qasidah ini di nyanyikan oleh buya Syeikh Ibrahim Zannun Lubis, maka terdengar pula lagu qasidah burdah di bawakan oleh Sulis dan Haddad Alwi, menambah kerinduan dan kecintaan saya kepada sa`ir Burdah, terlebih lagi kepada seseorang yang telah di puji oleh Qasidah Burdah, ternyata setelah saya samapi di negeri Mesir keinginan dan impian dahulu tercapai, sering sekali saya berziarah ke makam Imam al-Bushairi, ketika hendak memasuki makamnya maka saya akan melantunkan petikan qasidah Burdah yang terkenal di bumi islam.



Qasidah Burdah memiliki gaya bahasa yang tinggi, susunan yang indah, ungkapan yang menarik, jika dilagukan dapat mengetuk pintu hati yang tertutup, mengajak umat agar mencintai nabi yang penyayang dan penuh belai kasih sayang, didalamnya banyak mengungkapkan sifat dan kebesaran nabi Muhammad, betapa indahnya burdah melukiskan akhlak budi pekerti Rasulullah , betapa manisnya burdah memuji perangai dan kepribadian Rasulullah.

Betapa hebatnya Imam Busairi yang telah banyak mengugah umat islam melalui qasidahnya yang menarik perhatian, kemungkinan sebahagian pembaca belum mengenal kepribadian Imam al-Bushairi, disini penulis mencoba untuk menulis sebahagian biografi beliau.

Nama lengkap beliau

Imam al-Alim Muhammad bin Sa`id bin Hammad bin Muhsin bin Abdullah bin Shinhaj bin Hilal ash-Shinhaji, orang tua beliau berasal dari desa Bushair bahagian So`id Mesir, sebab itulah beliau dinisbahkan kepada al-Bushairi.

Beliau lahir pada tahun 608 hijriyah sebagaimana yang disebutkan oleh Syeikh Doktor Sa`ad Abu al-As`ad, tetapi Ali Basa Mubarak mengungkapkan bahwa kelahiran beliau pada tahun 698 hijriyah, dari hasil penelitian saya bahwa apa yang diungkapkan oleh Ali Mubarak Basa didalam kitabnya " Khithath Taufiqiyah al-Jadidah " merupakan satu kekeliruan, sebab Imam Bushairi merupakan murid Syeikh AbuAbbas al-Mursi, semantara Imam Abu Abbas al-Mursi meninggal dunia pada tahun 686 hijriah, dengan mengikuti apa yang telah disebut oleh Ali Mubarak bahwa Imam Bushairi belum lagi lahir ketika meninggalnya Imam Abu Abbas al-Mursi, diperkuat dengan apa yang di sebutkan oleh Syeikh Daud bin Sulaiman an-Naqsyabandi dan Imam Abu Ali Hasan bin Muhammad bin Qasim asy-Syadzuli bahwa Imam Bushairi lahir pada tahun 608 hijriyah.


Beliau telah mempelajari ilmu tasawuf dan mengambil bai`ah tarikat Syadzuliyah dari Imam al-Arif billah Abu Abbas al-Mursi Khalifah Imam Abu Hasan syadzili, kehebatan dan kewarakan gurunya sangat mempengaruhi jiwa dan budi pekerti Imam Bushairi.

Sebab - sebab ditulisnya qasidah Burdah

Imam Bushairi terkena penyakit lumpuh yang tidak mempu menggerakkan tubuhnya, telah letih dan lelah berobat dengan berbagai macam obat dari para dokter dan ahli kesehatan, namun hasilnya tidak memiliki perobahan, maka beliau mencoba untuk membuat satu qasidah yang yang memohon dengan barkah memuji Rasulullah akan mendapatkan kesembuhan dari Allah, ketika setelah sampai pada kalimat فمبلغ العلم فيه أنه بشر kemudian beliau melihat RAsulullah didalam mimpinya sambil berkata : " Sumpurnakanlah bait sa`ir itu dengan kalimat : " وأنه خير خلق كلهم " kemudian Rasulullah saw menyapu tubuh Imam al-Bushairi sehingga tubuhnya menjadi sebuh dari kelumpuhan.

Berkata Imam Syeikh Hasan al-`Adawi : Ketika Imam al-Bushairi keluar dari rumahnya beliau berjumpa dengan seorang lelaki yang soleh, kemudian meminta agar beliau memperdengarkan qasidah burdahnya, Imam Bushairi merasai keheranan, sebab beliau belum pernah menceritakan segala kejadian yang dia alami kepada orang lain, ketika Imam Bushairi bertanya kepada lelaki tersebut bagaimana beliau mengetahui kejadian tersebut, lelaki tersebut menjawab bahwa beliau mendengar Imam al-bushairi melantunkan sa`irnya di hadapan Rasulullah.

Diantara ulama-ulama besar yang meriwayatkan qasidah Burdah baik secara langsung maupun tidak langsung dari Imam al-Bushairi adalah :

1 - Mufassir al-Qur`an Abu al-Hayyan al-Andalusi.
2 - al-Hafizh Ibnu Sayyidinnas.
3 - Imam al-Hafiz Zainuddin al-Iraqi.
4 - al-Hafiz Ibnu Mulaqan.
5- al-Mujtahid Umar bin Ruslan al-Bulqini.
6 - al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani.
7 - al-Hafizh Sayuti.

Perhatian ulama terhadap qasidah Burdah

Qasidah Burdah merupakan qasidah yang paling masyhur di kalangan ulama islam, sehingga para ulama memiliki perhatian yang besar dalam menjaga dan melestarikan Burdah, seperti Syeikh Daud bin Sulaiman an-Naqsyabandi yang membuat sebuah karangan khusus menolak segala hujatan dan tohmah yang di tujukan kepada Qasidah Burdah, kitab tersebut diberi nama " Nahtu Hadidi al-Batil Wa Baradahu Bi Adillati al-Haqi adz-Dzaabati `An Sohibi al-Burdah ", ada pula diantara ulama yang mensyarahkan qasidah Burdah, diantara yang telah mensyarahkannya adalah :

1 - Syeikh Ibnu Marzuq at-Tilmisani al-Maliki.
2 - al-Imam Abu al-BAqa` al-Hanafi.
3 - al-Imam Jalaluddin al-Mahalli.
4 - al-Imam Zakariya al-Ansori.
5 - al-Hafiz Syihabuddin al-Qastolani.
6 - al-Allamah Sa`addudin at-Taftijani.
7 - Syeikh Khalid al-Azhari.
8 - Syeikh Hasan al-`Adawi al-Hamzawi .

Imam Bushairi meninggal dunia pada tahun 696 hijriyah, dan dikuburkan di Iskandariyah ( Alexander ) didalam sebuah mesjid yang indah berhampiran dengan gurunya Sidi Abu Abbas al-Mursi.


Rujukkan :

1 - Nailul Khairat Malmusah karangan Doktor Sa`ad Abu As`ad halaman 181.
2 - Khithathu at-Taufiqiyah al-Jadidah karangan Ali Basa Mubarak , juz : 10 , halaman 16.
3 - Tabaqat Syadzuliyah al-Kubra karangan Syeikh Abi Ali Hasan bin Muhammad bin Qasim al-Kuhun asy-Syadzuli, halaman :89.
4 - Nahtu Hadidi al-Batiki Wa Baradah Bi Adillati al-Haqq adz-Dzaabah `An Sohibul Burdah, halaman: 17.

Tidak ada komentar: