Senin, 24 Mei 2010

Musnid Nusantara


Nusantara terdiri dari negara Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapore, Thailand, dahulu lebih dikenal dengan Jawah atau Jawi di negeri Hijaz ( Makkah dan Madinah ), namun sekarang nama itu kurang di pakai kecuali untuk orang yang berasal dari pulau jawa saja, sampai-sampai di Jami` al-azhar Mesir terdapat ruak Jawi ( ruang khusus ) bagi pelajar Nusantara yang ingin menuntut ilmu, tetapi tidak berpungsi lagi, hanya berpungsi ruak Abbasiah dan ruak Atrak, ruak-ruak yang lainnya telah mati tidak berguna karena sistem kuliah yang modren, begitu giatnya para pelajar Nusantara belajar menuntut ilmu di negeri Arab, walaupun pada masa dahulu sangat sulit untuk belajar.



Dari berbagai jenis ilmu yang mereka pelajari sebahagiannya adalah ilmu fiqih, tauhud, hadits dan tasawuf, kebanyakkan mereka yang pulang telah menjadi ulama yang menerangkan umat islam pada masa itu, ada sebahagian ulama sumatra yang menetap di semenanjung Malaysia setelah mereka pulang dari Makkah, ada yang tinggal di pulau jawa, ada yang menjadi Qadhi kerajaan, ( semasa Indonesia belum merdeka) adapula yang membuka pondok pesantren di kampung halamannya, tidak ada satu orang pun yang tidak turun untuk berdakwah ke jalan Allah, terlebih-lebih berjuang memerangi penjajah yang menduduki bumi pertiwi.

Namun yang menjadi pertanyaan adakah pelajar-pelajar dahulu menyibukan diri dengan ilmu hadits dan Isnad, jawabnya tentulah ada tetapi tidak begitu banyak, kebanyakkan pelajar Nusantara belajar langsung dengan talaqqi kepada guru mereka di Makkah dan di Madinah sehingga mereka mendapat ijazah riwayat dan memiliki sanad dalam segala bidang ilmu, tapi sayangnya ketika mereka pulang ke Nusantara, sanad-sanad tersebut tidak begitu berkembang dan di kembangkan olehkarena beberapa sebab, diantaranya :

1 - Mereka lebih mengutamakan ilmu dirayah dari pada riwayah.

2 - Para pelajar belum sampai ketahap yang sempurna untuk diberikan ilmu sanad dan riwayah.

3 - Keadaan Nusantara yang kacau dan tidak aman membuat mereka tidak memikirkan bagaimana untuk mengembangkan ilmu sanad dan riwayah.

4 - Kurangnya keinginan pelajar untuk mendalami ilmu hadits, ilmu sanad dan riwayah.

Dari beberapa sebab diatas kita boleh mengetahui bagaimana gerakan dan perkembangan ilmu sanad di Nusantara, tetapi walaupun demikian masih didapati sebahagian pondok pesantren yang masih mempertahankan ilmu sanad dari generasi ke generasi, sebahagian pondok pesantren hanya tertinggal sanad Dala`ilul Khairat, Burdah, Matan `Arbain an-Nawawiyah, Matan Abi Jamrah, Hizib-hizib dan lain-lainnya, hal ini mereka terima dari generasi ke generasi, sementara ulama-ulama Nusantara yang tidak kembali ke Nusantara mereka bahkan yang mengembang ilmu sanad dan riwayat sambil mengajar pelajar-pelajar di Masjid al-Haram.

Faktor-faktor ulama Nusantara mengembangkan sanadnya di Makkah dan di Madinah :

1 - Karena mereka sebagai panutan dan maraji` untuk pelajar yang berdatang dari Nusantara.

2 - Ulama-ulama Hijaz ketika itu sangat mementingkan ilmu dirayah dasn riwayah dsan mereka tidak memisahkannya.

3 - Pelajar - pelajar yang berdatang ke Makkah lebih condong perhatian mereka kepda ilmu riwayat dan sanad di bandingkan pelajar Nusantara yang tidak ke Makkah.

4 - Pengetahuan para pelajar di Makkah ketika itu telah sempurna sehingga meraka sangat memperhatikan ilmu riwayah dan sanad.

5 - Ulama- ulama arab yang sangat serius memperhatikan ilmu sanad sehingga mereka mengarang buku sanad dan tsabat.

Dari kajian diatas timbul pertanyaan?.... apakah diantara ulama Nusantra ada yang mendapat gelar musnid, mengingat banyaknya ulama yang memilki sanad dan riwayah, jawabannya yang pasti adalah iya bahkan ada sebagian ulama Nusantara yang di gelar Muhaddits oleh kalangan ulama arab yang profesional, tetapi terlebih dahulu kita mesti mengetahui depenisi Musnid.

Musnid didalam pandangan para ulama terdahulu adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits nabi dengan sanad-sanad mereka, walaupun mereka tidak mengetahui apa yang meraka riwayatkan.

Sementra Musnid pada zaman sekarang seperti apa yang di ungkapkan oleh Syeikh Yasin al-Fadani di dalam pentahkikan kitab Kifayatul Mustafid Lima `Ala minal Asanid karangan Syeikh Muhammad Mahfuz bin Abdullah at-Turmusi :

Musnid didalam istilah zaman sekarang adalah seseorang yang memiliki riwayat yang luas dan banyak didalam ilmu riwayat, dan beliau mendapatkan masanid ( jamak sanad ) kitab-kitab Fahras dan Atsbat. ( Kifayatul Mustafid : 6, Dar Basya`ir al-Islamiyah Bairut Lubnan ).

Demikian juga yang telah di ungkapkan oleh Syeikh kami Muhaddits Mahmud Said Mamduh didalam bukunya : al-Mukhtasor fi maratibil Mustghilina bil hadits fi qari Rabi` `Asyar : 656 :

" Orang yang meriwayatkan hadits dari guru yang banyak dan mengetahui riwayat-riwayat mereka , dan juga meriwayatkan faharas dan Atsbat " .

Dari defenisi diatas kita mengetahui bahwa definisi sekarang lebih payah dibandingkan dengan defenisi masa dahulu, dengan begitu jelaslah kita hanya beberapa orang saja diantara ulama-ulama Nusantara yang bergelar Musnid, diantara ulama-ulama yang telah digelar Musnid oleh kalangan ulama arab disebabkan luasnya riwayat mereka dan banyaknya guru-guru mereka , diantaranya :

1- Muhaddits Musnid `Aqib bin Hasanuddin al-Falimani as-Sumatri wafat tahun 1182 hijriyah, beliau meriwayatkan dari al-Hafizh Abdullah Salim al-Bashri dan al-Hafizh Ahmad an-Nakhli dan lain-lainnya, beliau dianggap ulama Nusantara yang menekuni ilmu hadits dan sanad.

2 - al-Musnid Syeikh Abdussomad bin Abdurrahman al-Asyi ( aceh ) lebih terkenal dengan al-Falimbani, meninggal dunia pada tahun 1211 hijriyah, beliau meriwayatkan dari Syeikh Sayyid Yahya bin Umar Maqbul al-Ahdal dan Sayyid Umar bin Ahmad bin `Aqil as-Saqaf, dan lain-lainnya.

3 - al-Musni al-Mu`ammar Syeikh Abdul Ghani bin sobah al-Baimawi, beliau meriwayatkan dari Syeikh Umar bin Abdul Karim al-`Aththor, Syeikh Ahmad bin Ubaid al-`Aththor, al-Hafizh Muahammad Murtadha az-Zabidi, Syeikh Sai`id bin Ali as-Suwaidi al-Baghdad, dan Syeikh Khairuddin bin Syihabuddin al-Maidani ad-Damsyiqi dan lain-lainnya.

4 - al-Muhmmad Mahfuz bin Abdullah at-Turmusi al-Jawi meninggal dunia pada tahun 1338 hijriyah, meriwayatkan dari Syeikh Muhammad Amin Ridhuan, Syeikh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha, Syeikh Muhammad asy-Syarbaini ad-Dimyati, dan lain-lain.

5 - al-Musni Syeikh Muhammad Mukhtar bin `Atharid al-Boghori al-Makki, meninggal dunia pada tahun 1349 hijriyah, meriwayatkan dari Syeikh Sayyid Bakri Syatha, Syeikh al-Habib Husein bin Muhammad al-Habsyi al-Makki.

6 - al-Musnid Syeikh Sayyid Salim Jindan meninggal dunia pada tahun 1395 hijriyah, beliau meriwayatkan dari lebih seratus orang Syeikh diantaranya : Abdullah bin Thahir al-Haddad, ayah beliau Sayyid Ahmad bin al-Husein bin Soleh Jindan.

7 - al-Musni Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani meninggal dunia pada tahun 1410 hijriyah, meriwayatkan lebih dari lima ratus orang Syeikh, diantara al-Muhaddits Umar Hammdan al-Mahrisi, dan Syeikh Ali Husein al-Maliki.

Kita orang - orang Nusantara mesti menjaga mata rantai sanad Nusantara ini sebagai mana yang telah dibuat oleh Syeikh al-Fadani, jika kita lihat ulama-ulama India dan Pakistan mereka sangat menjaga sanad mata rantai orang India seperti riwayat kepada Waliyullah ad-Dihlawi, seperti itu jugalah kita menjaga riwayat kita sampai kepada Syeikh `Aqib al-Falimbani.Waallahu `Alam.

Tidak ada komentar: