Selasa, 15 Desember 2009

Membayar nazar puasa


Soal : Syeikh Husni saya memiliki teman akrab yang telah meninggal dunia, beliau memiliki nazar puasa yang saya saja yang tahu hal tersebut, apakah yang saya lakukan dalam membayar utang teman saya tersebut.
Jawab : Anda mesti member tahu pihak wali teman anda tersebut, yakni keluarga terdekatnya seperti ayah, ibu atau adek beradek, agar mereka yang membayar utang nazar yang telah di ucapkan oleh teman anda, sebab nazar wajib di bayar .



Mungkin anda juga boleh membayarnya jika anda mau, terserah anda apakah anda ingin serahkan kepada keluarganya atau tidak, tetapi jika keluarganya tidak melaksanakannya maka sepatutnya anda melaksanakan nazar teman anda sebagai cinta kasih saying terhadap teman akrab.
Cara membayar nazar puasa :
1 – Membayar kepada pakir miskin barang makanan pokok seperti beras, gandum satu mud setiap harinya, mungkin diambil dari harta warisannya.
Boleh diberikan kepada seorang faqir dua muda atau tiga mud, karena setiap satu mud penutup satu puasa yang tersendiri .
Telah memfatwakan hal seperti ini Sayyidah Aisyah, dan Ibnu Abbas ra.
2 – Keluarga si mati melaksanakan puasa dari yang telah ditinggalkan walaupun orang yang meninggal tersebut tidak mewasiatkan kepada keluarganya.
3 – Melaksanakan puasa oleh orang yang diizinkan keluarga sama ada ahli warits yang mengizinkan atau keluaga dekat.
Sebab hadith Rasulullah saw :
من مات وعليه صيام قليصم عنه وليه وغيره. رواه البخاري ومسلم
Artinya : Barangsiapa meninggal dunia dan dia memiliki kewajiban puasa yang beliau tinggalkan maka hendaklah melaksankan puasa tersebut wali orang yang meninggal tersebut atau orang lain. ( Bukhari : 1952 , Muslim : 2692 ).
Satu mud : 510 gram, menurut jamhur ulama.
1 - Busyra Karim Bi Syarhi Masa`il Ta`lim, Halaman 634, karangan Syeikh Sa`id bin Muhammad Ba`isan. Mu`asasah ar-Risalah an-Nasirun Bairut.
2 - Minhajul Qawim Bisyarhi Masa`il Ta`lim , halaman : 415, Karangan Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Darul Minhaj Jeddah.
3 – Kifayatul Akhyar : 201, Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad al-Hishni , maktabah al-Iman

Tidak ada komentar: