Soal : Apakah sama mushalla dan masjid dari segi hukum bagi wanita yang haidh ?
Jawab : Rasulullah saw telah melarang bagi wanita yang haid berdiam diri di masjid karena takut mengotorinya, larangan tersebut berlaku dari zaman Rasulullah sampai zaman kita sekarang ini, sebab tidak ada yang memansukhkan larangan tersebut, walaupun sudah adanya kecanggihan tekhnologi untuk menutupi tempat sumber keluarnya darah, itu semua gunanya adalah untuk menjaga kesucian masjid yang mulia dari segala kotoran.
Larangan tersebut tertulis didalam sebuah haditsnya yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud dari Sayyidah `Aisyah :
لا أحل المسجد لحائض ولا جنب
Artinya : Aku tidak menghalalkan bagi orang yang haid dan junub ( berhadas besar ) berdiam diri di masjid ( H.R Abu Daud ).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Ibnu Qathan. ( Talkhish al-Habir 1/148 ).
Tapi apakah kedudukan mushallah, langgar, dan yang sejenisnya sama dengan masjid ? Syeikh Umairah didalam hasyiyahnya mengatakan dalam keterangan larangan berdiam diri dimasjid :
" Walaupun beliau berada diawang-awang ( tidak mencecahi lantai ) masjid, dan walau pun sebahagian tempat tersebut masjid kebanyakkannya juga diharamkan. ( hasyiyah Umairah 1/64 ).
Syeikh Abdullah syarqawi mengungkapkan didalam hasyiyah : ( yang tidak termasuk masjid adalah sekolah, rubath, dan tempat shalat hari raya ( lapangan ). ( hasyiyah Syarqawi 1/ 149 ) dari keterangan beliau dapat kita simpulkan bahwa langgar, mushallah juga termasuk masjid, dan haram bagi yang berhaid berdiam diri didalamnya, sebab setiap tempat yang dikhususkan untuk shalat telah dikatakan juga masjid, hal ini difahami oleh para sahabat yang banyak membangun masjid yang berukuran besar dan kecil dari hadits Rasulullah :
من بنى لله مسجدا ولو كمفحص قطاة لبيضها بنى الله له في الجنة أوسع منه
Artinya : Barangsiapa yang membangunkan masjid karena mengharap ridha Allah walaupun sebesar sangkar burung untuk telur-telurnya, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.
Jawab : Rasulullah saw telah melarang bagi wanita yang haid berdiam diri di masjid karena takut mengotorinya, larangan tersebut berlaku dari zaman Rasulullah sampai zaman kita sekarang ini, sebab tidak ada yang memansukhkan larangan tersebut, walaupun sudah adanya kecanggihan tekhnologi untuk menutupi tempat sumber keluarnya darah, itu semua gunanya adalah untuk menjaga kesucian masjid yang mulia dari segala kotoran.
Larangan tersebut tertulis didalam sebuah haditsnya yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud dari Sayyidah `Aisyah :
لا أحل المسجد لحائض ولا جنب
Artinya : Aku tidak menghalalkan bagi orang yang haid dan junub ( berhadas besar ) berdiam diri di masjid ( H.R Abu Daud ).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Ibnu Qathan. ( Talkhish al-Habir 1/148 ).
Tapi apakah kedudukan mushallah, langgar, dan yang sejenisnya sama dengan masjid ? Syeikh Umairah didalam hasyiyahnya mengatakan dalam keterangan larangan berdiam diri dimasjid :
" Walaupun beliau berada diawang-awang ( tidak mencecahi lantai ) masjid, dan walau pun sebahagian tempat tersebut masjid kebanyakkannya juga diharamkan. ( hasyiyah Umairah 1/64 ).
Syeikh Abdullah syarqawi mengungkapkan didalam hasyiyah : ( yang tidak termasuk masjid adalah sekolah, rubath, dan tempat shalat hari raya ( lapangan ). ( hasyiyah Syarqawi 1/ 149 ) dari keterangan beliau dapat kita simpulkan bahwa langgar, mushallah juga termasuk masjid, dan haram bagi yang berhaid berdiam diri didalamnya, sebab setiap tempat yang dikhususkan untuk shalat telah dikatakan juga masjid, hal ini difahami oleh para sahabat yang banyak membangun masjid yang berukuran besar dan kecil dari hadits Rasulullah :
من بنى لله مسجدا ولو كمفحص قطاة لبيضها بنى الله له في الجنة أوسع منه
Artinya : Barangsiapa yang membangunkan masjid karena mengharap ridha Allah walaupun sebesar sangkar burung untuk telur-telurnya, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar